PARADOKS TKI (Tenaga Kerja Indonesia): KETIKA KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA BERBANDING TERBALIK DENGAN PRESTASI ANAK

 


oleh: Evi Retno Cristiyan Dewi (Guru MTsN 5 Bulukumba)


Peningkatan jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri membawa dampak signifikan bagi ekonomi keluarga di tanah air. Remitansi yang dikirimkan TKI mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Namun, fenomena ini menimbulkan paradoks ketika aspek lain, seperti prestasi anak, justru cenderung mengalami penurunan akibat minimnya kehadiran fisik dan emosional orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika paradoks tersebut dengan menelaah penelitian terdahulu yang relevan dengan menggunakan kajian pustaka (literature review) dari berbagai penelitian yang telah ada. Penelitian ini mengumpulkan data sekunder dari jurnal, buku, dan laporan penelitian yang membahas topik terkait TKI, ekonomi keluarga, dan prestasi anak. Data dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi pola hubungan dan faktor-faktor penyebab paradoks.

1.   Kesejahteraan Ekonomi Keluarga

Peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga melalui remitansi yang dikirimkan oleh TKI menjadi salah satu dampak positif utama dari migrasi tenaga kerja. Penelitian oleh Noveria (2017) menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga TKI mengalami perbaikan kualitas hidup secara signifikan, terutama dalam aspek kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Dengan tambahan pendapatan ini, keluarga memiliki lebih banyak opsi untuk meningkatkan standar hidup mereka.

Namun, tidak semua remitansi digunakan secara produktif. Sebagian keluarga menggunakan dana tersebut untuk konsumsi berlebihan atau pembelian barang-barang mewah, alih-alih investasi pendidikan atau kesehatan. Hal ini dapat mengakibatkan ketergantungan ekonomi pada remitansi, tanpa ada upaya untuk membangun kemandirian finansial. World Bank (2019) mencatat bahwa pola penggunaan remitansi ini sering kali dipengaruhi oleh kurangnya literasi keuangan di kalangan keluarga TKI.

Selain itu, meskipun remitansi memberikan manfaat ekonomi, permasalahan struktural seperti ketimpangan sosial dan ekonomi tetap menjadi tantangan. Keluarga yang tidak memiliki manajemen keuangan yang baik cenderung mengalami kesulitan mempertahankan kesejahteraan mereka setelah remitansi berhenti, misalnya ketika TKI kembali ke tanah air tanpa pekerjaan yang stabil.

 

2.   Pengaruh pada Prestasi Anak

Kehadiran fisik orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan akademik anak. Rahmawati (2020) mengungkapkan bahwa anak-anak dari keluarga TKI sering kali kehilangan bimbingan langsung dalam aktivitas pendidikan mereka. Ketidakhadiran orang tua sebagai figur otoritas utama membuat anak-anak kesulitan membangun kedisiplinan belajar yang konsisten.

Anak-anak dari keluarga TKI juga sering mengalami tekanan emosional yang berdampak pada kemampuan mereka untuk fokus di sekolah. Dalam penelitian lain, ditemukan bahwa anak-anak ini cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi karena merasa kurangnya dukungan emosional. Faktor ini berkontribusi pada rendahnya motivasi belajar mereka, yang secara langsung memengaruhi prestasi akademik.

Selain itu, keterlibatan pengasuh atau caregiver dalam mendampingi pendidikan anak sering kali tidak cukup memadai. Pengasuh, seperti kakek-nenek, sering kali memiliki keterbatasan dalam memahami kebutuhan pendidikan modern. Hal ini semakin memperburuk situasi dan menghambat perkembangan akademik anak.

 

3.   Paradoks Kehadiran Orang Tua

Fenomena paradoks ini muncul karena pengasuh pengganti sering kali tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran orang tua dalam mendidik anak. Setiawan (2018) mencatat bahwa banyak pengasuh hanya fokus pada kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan tempat tinggal, sementara aspek emosional dan pendidikan kurang mendapat perhatian.

Anak-anak yang dibesarkan oleh pengasuh sering kali merasa kurang dihargai secara emosional, yang memengaruhi rasa percaya diri mereka. Kondisi ini semakin buruk ketika anak-anak melihat teman sebayanya mendapatkan perhatian penuh dari orang tua mereka. Ketidakpuasan emosional ini secara tidak langsung memengaruhi kemampuan mereka untuk berprestasi.

Selain itu, ketiadaan orang tua dalam jangka panjang dapat menciptakan jarak emosional yang sulit diperbaiki meskipun orang tua kembali ke rumah. Hubungan yang renggang antara anak dan orang tua dapat memengaruhi cara anak memandang pentingnya pendidikan sehingga menurunkan prestasi mereka di sekolah.

 

4.   Faktor Sosial dan Psikologis

Faktor sosial dan psikologis memainkan peran besar dalam dinamika keluarga TKI. Sugiharti (2021) mencatat bahwa tekanan sosial, seperti stigma terhadap keluarga yang "ditinggalkan," dapat memengaruhi anak-anak secara negatif. Anak-anak sering kali merasa berbeda atau kurang diterima di lingkungan sosial mereka, yang berdampak pada perkembangan kepribadian mereka.

Dari sisi psikologis, rasa kehilangan dan kerinduan yang dialami anak-anak karena ketidakhadiran orang tua menjadi salah satu penyebab utama gangguan emosional. Anak-anak ini cenderung menunjukkan gejala seperti kesepian, rendahnya rasa percaya diri, dan kurangnya keterampilan sosial. Semua ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berkembang secara optimal di sekolah maupun lingkungan sosial.

Selain itu, dinamika keluarga TKI sering kali memperlihatkan ketergantungan emosional pada anggota keluarga lain, seperti saudara atau kakek-nenek. Meskipun mereka berusaha mengisi kekosongan tersebut, pengaruh mereka terhadap perkembangan psikologis anak tidak sekuat pengaruh orang tua kandung.


Kesimpulan

Paradoks TKI menggambarkan realitas kompleks terkait kesejahteraan ekonomi keluarga yang meningkat tidak selalu menjamin peningkatan prestasi anak. Faktor emosional, sosial, dan pola pengasuhan menjadi determinan utama dalam hubungan ini. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan program pendampingan bagi keluarga TKI untuk mengurangi dampak negatif ketidakhadiran orang tua, sekaligus memastikan bahwa manfaat ekonomi dari remitansi dapat mendukung perkembangan pendidikan anak secara maksimal.


Referensi

1.     Noveria, M. (2017). Dampak Remitansi terhadap Kesejahteraan Keluarga TKI. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 18(3), 45-60.

2.     Rahmawati, S. (2020). Hubungan Antara Kehadiran Orang Tua dan Prestasi Akademik Anak. Jurnal Pendidikan dan Psikologi, 12(4), 213-230.

3.     Setiawan, H. (2018). Peran Pengasuh dalam Keluarga TKI: Studi Kasus di Jawa Tengah. Jurnal Sosiologi Indonesia, 14(1), 89-102.

4.     Sugiharti, T. (2021). Aspek Psikologis Anak dari Keluarga TKI. Jurnal Psikologi dan Perkembangan Anak, 9(2), 123-134.

5.     World Bank. (2019). The Impact of Remittances on Household Welfare. World Bank Research Papers, 22(5), 78-92.


Posting Komentar

0 Komentar