DAMPAK PERANG RUSIA vs UKRAINA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Oleh : Umar (Dosen Febi IAIN Palopo)
Perang antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada tahun 2022 telah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global. Konflik ini memengaruhi berbagai aspek seperti harga energi, pasokan pangan, stabilitas pasar keuangan, dan pola perdagangan internasional. Sebagai negara dengan keterkaitan erat terhadap pasar global, Indonesia juga merasakan dampak dari konflik tersebut. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perang Rusia-Ukraina memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan kajian pustaka.
Dampak Terhadap Energi
Harga minyak mentah global melonjak akibat ketidakpastian pasokan dari Rusia, salah satu produsen minyak terbesar dunia. Studi oleh International Energy Agency (IEA, 2022) menunjukkan bahwa konflik ini mengurangi ekspor energi Rusia ke Eropa, sehingga meningkatkan harga global. Indonesia, sebagai net importer bahan bakar minyak, menghadapi tekanan pada anggaran subsidi energi. Penelitian oleh Kementerian Keuangan RI (2022) menunjukkan bahwa lonjakan harga minyak dunia meningkatkan defisit fiskal karena subsidi BBM yang lebih besar.
Gangguan Pada Pasokan Pangan
Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum global, dengan kontribusi lebih dari 25% terhadap ekspor dunia (FAO, 2022). Konflik ini menyebabkan gangguan pasokan yang memicu kenaikan harga bahan pangan. Dampaknya dirasakan oleh Indonesia, khususnya pada produk-produk berbasis gandum seperti mi instan dan roti. Studi oleh Bank Indonesia (2023) mencatat inflasi pada bahan pangan impor meningkat hingga 5,2% pada periode 2022-2023.
Volatilitas Pasar Keuangan
Ketidakpastian geopolitik akibat perang juga memengaruhi pasar keuangan global. Studi oleh IMF (2023) mengungkapkan bahwa aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami penurunan karena investor cenderung mencari aset aman. Penurunan investasi portofolio ini memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2023) menunjukkan bahwa IHSG mengalami koreksi sebesar 4,5% pada awal konflik.
Dampak Terhadap Perdagangan Internasional
Indonesia memiliki hubungan dagang dengan Rusia dan Ukraina, khususnya dalam impor bahan baku dan ekspor produk agrikultur. Studi oleh Kementerian Perdagangan RI (2022) mencatat penurunan volume perdagangan bilateral hingga 20% pada tahun pertama konflik. Sementara itu, kenaikan harga komoditas seperti batu bara memberikan keuntungan jangka pendek bagi Indonesia sebagai eksportir, namun stabilitas pasar tetap menjadi perhatian utama.
Respon Kebijakan Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk meredam dampak konflik ini, seperti pemberian subsidi energi, pengendalian harga bahan pokok, dan diversifikasi sumber impor bahan pangan. Kajian oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM UI, 2023) menunjukkan bahwa langkah-langkah tersebut membantu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5,2% pada 2022 meskipun dalam kondisi global yang tidak stabil.
Analisis studi pustaka menunjukkan bahwa perang Rusia-Ukraina memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada sektor energi, pangan, dan keuangan. Namun, respons kebijakan yang cepat dari pemerintah berhasil meredam sebagian besar dampak negatif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi keberlanjutan strategi mitigasi tersebut dalam jangka panjang.
Referensi
FAO. (2022). "Global Food Security Report."
IMF. (2023). "Geopolitical Risks and Market Volatility."
Kementerian Keuangan RI. (2022). "Laporan Anggaran Subsidi Energi." Kementerian Perdagangan RI. (2022). "Analisis Perdagangan Internasional." LPEM UI. (2023). "Evaluasi Kebijakan Ekonomi Indonesia."
OJK. (2023). "Tren Pasar Keuangan Indonesia."
Bank Indonesia. (2023). "Inflasi dan Ketahanan Pangan."
IEA. (2022). "Energy Market Disruptions Due to Russia-Ukraine Conflict."
0 Komentar